Bunga Hilang

Kamis, 07 April 2011



cuma test doang

Beragama ala Komunitas Musik Cadas

Minggu, 03 April 2011

KabarIndonesia - Diakui atau tidak keberadaan komunitas musik cadas (punk, underground, grunge, grindcore, hardcore) di Indonesia masih dianggap sebelah mata di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara yang dirundung teror keyakinan dan bom bunuh diri.

Citra negatif (anti kemapanan, begundal, begebah, selengean, dekat dengan minumar keras, narkoba, zat adiktif) kerap melekat pada mereka yang memilih jalur music indie.

Untuk urusan keagamaan apalagi. Cap tak pernah mengenal Tuhan dan menyebarkan ajaran sesat harus diterimanya. Ini yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) dalam sebuah kuliah umum di Markas FPI di Petamburan, Jakarta Pusat. Budi Fahri Farid anggota senior FPI dan ahli musik Islam, menduga pada gerakan komunitas musik underground telah ada upaya bersama untuk memalingkan generasi muda dari ajaran Islam.

"Sudah ada konspirasi. Sebuah perang yang diluncurkan oleh komunitas underground (terhadap mainstream ajaran Islam)," katanya.

Underground Agen Zionis
Ia menelusuri akar musik underground untuk gerakan Zionis. Sekelompok orang yang mengikuti ideologi Zionis telah menggunakan medium untuk menyembunyikan tujuan mereka dominasi dunia.

"Pada akhir hari, itu akan menanamkan konflik di kalangan umat Islam sendiri," katanya.

Awalnya komunitas musik underground dikembangkan sebagai sebuah perlawanan terhadap industri mainstream secara independen dengan memproduksi dan mendistribusikan musik, telah ditumbangkan oleh gerakan Zionis untuk menyebarkan ide-ide yang akan bertentangan dengan Islam. (The Jakarta Post, 21 Maret 2011).

Saat ini Front Pembela Islam (FPI) sedang memasang mata mereka untuk mengincar penganut dan pergerakan musik underground yang mereka yakini membawa kesesatan khususnya di kalangan Muslim.

“Ada konspirasi di dalamnya. Perang sudah dikibarkan komunitas underground untuk melawan pengajaran Islam secara umum,” katanya.

Ia meyakini kalau akar musik underground itu merupakan gerakan Zionis yang meyakini pengikutan ideologi tersebut digunakan sebagai medium penyembunyi tujuan untuk mendominasi dunia.

“Pada akhirnya, itu akan menjadi konflik di kalangan umat Muslim sendiri,” ujarnya (Hidayatullah, 23/3)

Nasyid Underground Pulo Gadung
Meskipun ada komunitas musik casad yang taat beragama. Adalah Punk Muslim (Nasyid Underground) yang digagas oleh Ahmad Zaki, Adi, dan (alm) Budi. Ramadhan tahun 2007 mereka membentuk Punk Muslim di rumah singgah anak jalanan, Sanggar Oedix, sebelah kiri Terminal Pulo Gadung. Dalam situs resminya http://punkmuslim.multiply.com menyebutkan;

“Punk Muslim mencoba untuk menjalankan perintah seperti, 'sampaikanlah walau cuma satu ayat', 'saling ingat mengingatkanlah kalian dalam kebaikan', atau ribuan perintah-perintah yang lain, dan kami ini baru satu, dua atau tiga saja yang bisa kami kerjakan.

Dan kami ini mengkhususkan untuk menyampaikan kepada diri kami sendiri dan merangkul kawan-kawan punk yang terlanjur nge-Punk”

“Kami tidak melawan mereka (punkers), yang kami lawan adalah sebuah konsep atau sistem yang membuat mereka seperti yang terlihat sekarang, melawan pembiasan makna kebebasan yang ekstrim dan terlampau mengada-ada, dan melawan dasar mereka turun kejalanan entah karena broken home atau sebab lain.”

“Muslim adalah sebuah subjek, dan Punk hanya sebuah objet, terlepas dari letak susunan kata subjek dan objek, “punk muslim” atau “muslim punk”.

Kami ini hanya sebuah antitesis. Mencoba membuat dialektika dalam punk itu sendiri. Kami bukan punk islam atau Islam punk, kami Punk Muslim“

Upaya mendalami ajaran Islam pengajian dan membaca Al-Quran sering dilakukan untuk mengenal Tuhan. Ahmad Zaki yang mengasuh anak-anak punk mencoba belajar membaca Al-Qur'an setiap malam Jumat. Mabit tiap dua bulan sekali, tafakur alam setiap tahun, dan rekrutmen menjadi kegiatan Punk Muslim. (Sabili, 19 Juni 2008, Eramuslim, Senin, 09/11/2009, detikNews, Kamis, 04/02/2010 dan Zero to Hero Metro TV Senin, 19 Juli 2010)

Kampung Metal “Ujungberung”
Kontek Bandung kampung metal ada di Ujungberung dengan slogan ”…Panceg dina galur/babarengan ngajaga lembur. Moal ingkah najan awak lebur…” (Teguh dalam pendirian, bersama-sama menjaga kampung dan persaudaraan. Tidak akan bergeming walaupun badan hancur lebur) yang diambil dari Amanat Galunggung yang dituliskan Rakeyan Darmasiksa (Raja Sunda Kuno yang hidup pada 1175-1297 Masehi) dan disadur menjadi lirik lagu ”Kujang Rompang” oleh Jasad, sebuah band beraliran death metal asal Bandung.

Keberadaan subkultur band death metal asal Ujungberung ini merupakan sebuah paradoks. Pasalnya, musik metal, tetapi lirik dan pesan nyunda dengan memakai alat Karinding, Celempung, Tarawangsa. Ujungberung Rebels dan Bandung Death Metal Sindikat menjadi wadah ekpresinya. (Kompas, 6 November 2009 dan Oasis Metro TV, 17 Februari 2011)

Namun, stigma negatif yang jauh dari Tuhan masih melekat pada mereka. Menanggapi pernyataan FPI tentang underground penyebar aliran sesat, menjauhkan pemuda dari Islam dan agen Zionis.

Model Beragama Musik Cadas
Andreij Eijkov menuliskan dalam blognya (karonkeren.multiply.com edisi 21 Maret 2011 1:38 AM), Saya memberi contoh Kimung, eks personil band metalcore Burgerkill. Ia adalah seorang pemeluk islam dan juga seorang metalhead. Saya menyimaknya melalui beberapa tulisannya. Semasa kecil dan remaja ia memahami banyak ajaran Islam, dan kemudian selera musik metalnya mengajarkan sikap anti fasis dan anti diskriminasi.

Titik potong terhadap kedua hal tersebut adalah saat ia menterjemahkan sendiri keyakinannya dalam sebuah sikap yang anti terhadap diskriminasi dalam bentuk apapun termasuk religi dan cenderung toleran terhadap segenap perbedaan yang ada. Apakah disini underground menjauhkannya dari ajaran Islam … bisa saya jawab tidak ! Lagipula contoh mengenai Kimung bukan sebuah hal baru di Indonesia, karena saya juga mengenal banyak sosok underground yang disatu sisi juga masih meyakini ajaran agamanya. (www.xtremezine.co.cc)

Memang benar Kimung, eks personil Burgerkill pernah menuliskan "Ketika Saya Memutuskan untuk Meninggalkan Mesjid" pada blognya (www.kimun666.multiply.com edisi 7 Juni 2008 5:37 AM). Sejak umur tiga lima tahun saya begitu betah main di mesjid. Masuk SD (1980) dan SMP (1990).

Setiap waktu ashar hingga maghrib tiba kami tabuh genderang dogdog kami dan bersahut-sahutan, senandungkan shalawat, asmaul husna, dan juga lagu-lagu pujian kami kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sepanjang shaum bahkan, saya dan kawan-kawan sepakat untuk sahur lebih awal dan keluar sebelum jam setengah empat shubuh dan mulai marching dogdog kami keliling kompleks untuk meramaikan sahur bulan Shiam.

Sekali lagi, lagi-lagi seingat saya, kami melakukannya karena kecintaan kami terhadap Allah SWT dan Rasululah SAW. Puncak kreasi kami adalah pawai dogdog di malam takbiran.

Ketika sekelompok orang—pendatang yang kabarnya adalah penyebar Islam, modernis yang punya pemikiran maju dalam mengembangkan Islam sekaligus giat memurnikan Islam, dan berkomitmen tinggi meramaikan mesjid—datang dan mulai mengkritik kegiatan kami, katanya berisik, tak menggunakan mesjid seperti mestinya, dan mulai mendengung-dengungkan isu bid’ah.

Kami was-was. Namun, atas kecintaan kami kepada Allah, kepada Rasulullah, dan kepada musik, kami tetap melakukan ritual kami itu. Hingga akhirnya di malam takbiran tahun 1992, setelah kami lelah menggelar rampak dogdog, bedug, dan senandung shalawatan keliling kampung dan kompleks, dan kami yang lelah memutuskan untuk menggelar musik religius kami di lapangan halaman mesjid, seorang pendatang baru, bapak-bapak botak, dengan wajah merah padam menghampiri kami.

Saat itu, malam hampir berakhir dan takbiran dari speaker mesjid sedang ramai-ramainya kami iringi dengan talu-talu perkusi kami. Sang bapak turun dari jalan raya dan bergegas menghampiri kami.

“Hentikan!” serunya. “Ini nggak bener! Talu-talu yang kalian lakukan adalah praktek penyembahan matahari. Ini bid’ah! Ini musrik! Jelas-jelas musrik!!!,” teriaknya.

Walhasil, keluar dari mesjid dan terlempar di jalan. Mereka mengusir kami dari mesjid mulai berkata: “Kalian kaum muda bergajulan! Jauh dari Allah! Nongkrong di pinggir jalan, brang-breng-brong gak jelas! Bukannya meramaikan mesjid malah menyumpeki pinggiran jalan! Kalian sampah!”

Kuatnya, pemahaman keagamaan terjadi pada Ivan Firmansyah, scumbag begundal hardcore ugal-ugalan adalah pionir pendobrak Ujungberung Rabels. Kimung menceritakan dalam buku My Self: Scumbag, Beyond Life and Death (2007).

Pada saat puasa di bulan ramadhan Ia selalu menasihati kawan-kawanya untuk tetap shaum dan shalat. Lantunan adzan dari kejauhan terdengar agak sayup-sayup mengisaratkan pertemuan Abid dengan Sang Kholik. Aing kan geus mabok van! Sengit Bebi protes. Eh..!! mabok mah mabok. Tapi nu lima waktu kudu jalan terus, ivan menjawab tak kalah sengit.

Prinsip ini sangat dipegang karena Ivan pernah menjadi bagaian Ikatan Remaja Mesjid Membangun Daerah (Remamuda) Al-Hidayah; Ikatan Remaja Nurul Islam (IRNI); Ketua Ikatan Remaja Mesjid Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12 Bandung.

Besarnya pola keagamaan termaktub dalam lirik Unblessing Life -sebuah lagu di album terakhir Burgerkill, Beyond Coma and Despair. "Ya tuhan, begitu pekatnya ruang jiwaku/Hanya kematian terus samar memanggil/Singkirkan harapan yang terus memudar/Semakin tak bermakna/Semakin tak bercahaya/Inikah garis hidup yang tak terberkati?!"

Tak ketinggalan pada diri Addy Gembel, personil Forgotten segala keluh kesah agama dan merasa dekat dengan Tuhan dicurahlan lewat album Tuhan Telah Mati (2001).

Hilang sudah logika/Terbakar oleh dusta/Mereka hina dan nista/Terjerat oleh dunia/Mati Logika, putuslah asa, sembah dunia/Kotor media, racuni jiwa, halalkan dosa/Tuhan telah mati (4x). Mati Logika, putuslah asa, sembah dunia/Persetan semua ajarannya/Jadikan nyata hancurkan dosa/Hiduplah dengan rakusnya dunia/Habiskan semua sampah logika/Tuhan telah mati (4x). Hilang sudah logika/Terbakar oleh dusta/Mereka hina dan nista/Terjerat oleh dunia.

Pun saat meluncurkan buku Tiga Angka Enam! (2005) yang kental dengan unsure-unsur keagaman. “Gue hanya minta sekeping surga yang selama ini kamu miliki. hanya sekeping saja. Di antara jutaan keping yang sudah lo miliki hingga saat ini. penebusannya adalah lo boleh miliki gwa hingga waktu yang tak terbatas. walaupun untuk bisa seperti itu semua tabungan keberanian gwa habis gwa gadaikan didepan lo.” (Tempo, 26 April 2009).


Kegiatan keagamaan menjadi bagian yang tak terpisahkan pada diri Aci Personil Gugat, karena pengajar di TK Kuncup Harapan Astana. Jl Karang Anyar No 37 Kec.Astana Anyar Kota Bandung. Salah satu personil musik cadas permpuan dan memakai kerudung sebagai petanda muslimah yang taat beragama. (Oasis Metro TV, 17 Februari 2011).

Inilah cara komunitas music cadas dalam memaknai keberagamaan. Pasalnya, pola keberagamaan tidak hanya dilihat dari aspek ritual (shalat, pergi ke mesjid, menghadiri pengajian, memakai peci dan kerudung) semata, tapi dari segi pemikiran, perilaku dan karya nyata patut kita lirik. (*)

IBN GHIFARIE, Mahasiswa Pascasarjana UIN SGD Bandung program Religious Studies dan bergiat di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.

How to Learn to Play Guitar at Home

Rabu, 16 Maret 2011

Are you aware that you can easily learn to play guitar at home? Amazing as it may possibly seem, it is in truth the most popular method to learn how to play the guitar. In my teenage years I learned to play guitar at home, however it was more difficult for me back then than it is now. With super fast technological development, trying to learn to play the guitar from the comfort of your own dwelling is now such a breeze.


Exactly what is the most effective way to learn guitar at home so as to turn into a skilled guitar player?

It is very much easier than you believe. 2 critical components are all you need to be in a position to learn to play guitar at home. The very first is persistence and passion for the sound of guitar and the 2nd is online service. Yes, make no mistake about it. You will need internet network to be able to learn to play guitar at home.

You may well not be aware, but there are in fact a ton of online guitar instructions that are best for budding guitarists on a small budget plus quite a few of them are very useful and also of really decent level of quality. When compared, the costs of web based guitar lessons are just a fraction of exclusive lessons in music schools. They are so much more convenient too because you save on time and cost associated with travelling. Lots of people have acquired guitar playing abilities effectively from this kind of online guitar lessons. Along with the equivalent drive to learn guitar, there is no reason why you are not able to.
Even when you do not have any kind of funds whatsoever, you can certainly still take advantage of the cost-free web based courses in order to kick start your guitar abilities. Having online access, you will have the ability to learn to play guitar at home by using the free internet videos tutorials, instructions as well as notes. Mostly everything which is seen online that has to be paid for has a free of charge option, however giveaways almost always come with restricted accessibility or even poor level of quality, thus that is the decision you will have to make.

When you want to learn to play guitar at home, the best choice is to get the most comprehensive online guitar instructions that offers tutoring, guitar learning materials and Dvd tutorials. These kinds of online lessons don't have to be pricey. It really is unquestionably that such courses are far more inexpensive when compared with personal coaching with a home teacher or maybe in a music institution. No cost sophisticated guitar methods are hardly ever available on the internet and if any, they tend to be of substandard quality, so your very best bet is to acquire membership into an online guitar lesson and have accessibility to their video courses as well as members site.

When deciding on a web based guitar course to learn to play guitar at home, look for the critiques on that course. Your best bet is to go to guitar community forums and inquire around. You will probably be surprised exactly how many people will steer you to a good web based guitar instruction. Some qualified guitarists are active in a number of guitar community forums too, so you can tap on their expert experience.

Do it. Learn to play guitar at home. It truly is cheaper as well as far more hassle-free and most notably, many people have succeeded and so can you. If you have a love for guitar, you can certainly succeed. Trust me, once you start learning to play you will never want to stop, and the simple truth is that guitar can be learned rather quickly.

Foo's Keep Grunge Theme For 'Rope' Video

Selasa, 15 Maret 2011

By now you've likely heard that the Foo Fighter's recorded their upcoming new album 'Wasting Light' in a garage.  The band appears to be keeping the old school theme for the video for their new single 'Rope,' recording it entirely on VHS.
In the video, the five-piece is situated within a cube-like white room, facing inward in a loose circle. The clip later gets a little crazier with flashing orange lights against the dark silhouettes of the band members during a particularly shre<a href='http://www.alternativeaddiction.com/advertisements/adserver/adclick.php?n=a87972ba' target='_blank'><img src='http://www.alternativeaddiction.com/advertisements/adserver/adview.php?what=zone:37&amp;n=a87972ba' border='0' alt=''></a>dding guitar solo.  The video recalls the era of early music videos, when it was more about the music and performance than special effects and spruced-up visuals. And the song itself isn't doing so bad, either -- "Rope" spends its second week atop Billboard's Rock Songs chart this week, and also slots in at No. 2 on the Alternative Songs chart, No. 6 on the Active Rock chart and at No. 70 on the Billboard Hot 100.

Grunge Is Soul

Senin, 14 Maret 2011

Suatu genre musik pastilah terpengaruh oleh gaya hidup yang dianut, seperti dalam kehidupan kita sehari-hari. Begitu pula Musik Grunge yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup NgeGrunge itu sendiri. bagaimana gaya hidup musik Grunge yang sebenarnya?
banyak pengamat musik dan kritikus dari barat yang beranggapan bahwa gaya hidup Grunge yang asli gaya hidup yang erat kaitannya dengan sampah. Mereka makan sehari-harinya dari sampah yang dipungut dan dari koin recehan yang dilempar orang, hidup dari tunjangan sosial pemerintah, tidur mabuk di trotoar atau di bangku-bangku taman, sekali-kali ngompas dan melakukan tindak kriminal dan banyak hal lain yang kurang pantas untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Itulah mengapa para musisi pengusung musik Grunge menolak dengan tegas apabila mereka dijuluki musisi Grunge!
seperti Sound Garden dan Alice in Chains. Mereka lebih bangga disebut musisi Hard Rock, itu mereka buktikan dengan album kompilasi mereka dalam HardRock Compilations#1.
SilverChair dan Pearl Jam lebih bangga jika disebut musisi Alternatif / modern Rock. Hal ini dibuktikan dengan pendapat dari vokalis dan gitaris SilverChair Daniel John yang mengatakan dirinya sangat menyukai musik Grunge tetapi menolak dengan keras jika disebut musisi Grunge. Dia menolak karena mereka mempunyai fasilitas, mereka kuliah,hidup layak dan kemana-mana naik mobil.
dan yang lebih menyedihkan Nirvana dan Kurt Cobain yang dianggap sebagai icon grunge itu sendiri juga menolak disebut sebagai musisi Grunge. Cobain sendiri lebih senang disebut Punkers, karena mereka lebih bisa berfikir dan menyelami jiwa masihng-masing, bukan hanya karena lagunya enak lantas mereka menari dalam berbagai istilah (pogo,moshing,ect..) tetapi nggak tahu apa yang mereka inginkan disampaikan dari lagu tersebut. Cobain sangat membenci ulah anak-anak Grunge yang sedemikian apatis dan egois. hal ini ia tuangkan di lagu in bloom, Cobain sendiri sebenarnya pingin membentuk Nirvana band Punk. Ini dibuktikan bahwa dengan pendapat Christ Novoselic yang menjelaskan bahwa Cobain sebenarnya menginginkan Nirvana menjadi sebuah band Punk bernuansa seperti Sex Pistols tetapi karena ia kekurangan referensi maka jadilah Nirvana menjadi sebuah band Punk yang aneh!
namun diluar itu semua band-band tadi sependapat dalam satu hal bahwa Grunge bukanlah gaya hidup yang mereka anut walaupun mereka memainkan musik Grunge, tetapi lebih pada unsur bahwa Grunge is Soul yang mencerminkan tentang kejiwaan yang redup, bercerita tentang sisi lain dari dunia yang orang lain menganggapnya sinting dan lebih pada sifat koreksi pada diri sendiri. Di Amerika sendiri kaum Grunge berbaur dalam kehidupannya sehari-hari dengan kaum Punk dan ketika ditanya kenapa nggak sekalian masuk ke musik Punk? Mereka menjawab bahwa itu adalah masalah selera, tidak semua orang menyukai hamburger, ada juga yang suka steak atau hot dog.
saya sendiri secara pribadi tidak terlalu mempermasalahkan hal ini karena meski Kurt Cobain sendiri sebagai icon Grunge tidak mengakui sebagai musisi grunge tetapi saya yakin bahwa dialah sebenarnya pencetus istilah musik grunge itu sendiri. dan sebagai bentuk kecintaan saya kepada grunge saya mendirikan grup di salah satu situs pertemanan.
buat kalian Grunge sejati yang ingin membantu saya melestarikan musik ini, mari kita bersatu di Grunge Is Soul Community!!! 

The Offspring Greatest Hits Album Review

Whereas other bands sometimes like to just put their favorite compilation of songs, The Offspring's Greatest Hits album really leans more towards what the fans wanted making this a CD that is truly all about the fans.
The album was released in July 2005 and published by Columbia records the same as some of their other albums. The album has been certified Gold by the RIAA so listeners can be sure that this was a reasonably popular CD comparatively speaking against other The Offspring albums.
For listeners who are purchasing this album simply to hear their new previously unreleased songs "Can't Repeat" and "Next to You", they may be slightly disappointed. The songs are relatively simplistic with "Next to You" being a cover of a song by The Police. Although the new material is not anything special, the songs included on this are pretty much everything you could want from The Offspring prior to 2005 if you are a casual fan of this band.
Expect their most popular and played songs on the radio such as "Gone Away," "Come Out and Play," and "The Kids Aren't Alright" to be on this CD in high quality so you will get a great listening experience.
This album is highly recommended for those who like punk bands such as Nirvana, Pearl Jam, Soundgarden, and Stone Temple Pilots. Their sound is a bit more Popish than Nirvana and more along the lines of certain Stone Temple Pilots songs. Because this album is comprised mostly of radio hits, it also contains much of The Offspring's pop song writing side and thus is a very good comparison to Thank You by Stone Temple Pilots. So if you liked this album, it is recommended that you pick up this one and vise versa.

Grunge band bassist found dead

Minggu, 13 Maret 2011

Grunge band bassist found dead


Agence France-Presse March 10, 2011 Mike Starr, the original bassist with 1990s U.S. grunge-tinged rock band Alice in Chains, was found dead Tuesday in Utah, police said. He was 44.
Starr's body was found in a Salt Lake City residence, a police spokesman said, while the TMZ celebrity website quoted his father as saying: "It's a terrible shock and tragedy."

An autopsy including toxicology tests will be carried out, said Salt Lake City police spokesman Shawn Josephson, who could not elaborate on the circumstances of the death.
The musician was arrested last month for possession of a controlled substance, TMZ reported, adding that police found painkillers and another drug in his possession at that time.

Alice in Chains emerged in Seattle in the 1990s around the same time as bands including Nirvana and Pearl Jam, although they were inactive for long periods.
Starr left the band in the 1990s, and lead singer Layne Staley, who suffered from drug addiction, died in 2002.

Tributes were posted on Starr's website, www.wix.com/mike starr/mike-starr, after his death was reported. "Your music guided me through a very important time in my life. God Speed and RIP!!" said Tanker 43.